Chaidarabdullah’s Weblog

AS MENGGELAR PASUKAN UNTUK MELINDUNGI ATAU MENYERANG?

Posted on: Mei 15, 2008

      Oleh Chaidar Abdullah

        Jakarta, 30/9 (ANTARA) – Amerika Serikat pertengahan September mengerahkan kekuatan tempur ke Teluk dengan alasan untuk melindungi kepentingan tapi Irak “jadi kalang kabut” dalam upaya membela dan menyelamatkan diri.

        Washington mengerahkan tambahan 5.000 personil militer dan beberapa pesawat tempur ke Kuwait pertengahan September tanpa perduli reaksi banyak negara sehubungan dengan serangan militernya ke Irak Selatan awal bulan yang sama.

        Ketika Washington menyerang Irak Selatan pada 3 dan 4 September, hanya Inggris mendukung tindakan AS itu. Negara-negara Arab pada umumnya mengecam tindakan tersebut.

        Namun Presiden AS Bill Clinton pertengahan September memerintahkan keberangkatan tambahan 5.000 prajurit AS ke Kuwait untuk bergabung dengan 1.200 prajurit Washington yang sudah berada di keemiran kecil yang kaya akan minyak tersebut.

        AS juga mengerahkan delapan pesawat pembom-tempur Stealth F-117A serta kapal induk USS Enterprise, yang mengangkut 75 pesawat tempur, untuk bergabung dengan kapal induk USS Carl Vinson.

        Selain itu, beberapa pesawat pembom B-52 juga dikerahkan dari pulau Diego Garcia, Inggris.

        Penggelaran perlengkapan perang tersebut mencerminkan keraguan AS terhadap pernyataan Irak, yang ingin meredakan ketegangan yang terjadi akibat pertempuran di Irak Utara.

        Ketika dimintai komentar mengenai itikad sesungguhnya penggelaran militer AS di negerinya, Duta Besar Kuwait di Jakarta Jasem Almubaraki menyatakan setelah Kuwait dibebaskan pada 1991, dicapai kesepakatan antara keemiran itu dan AS untuk melakukan “pelatihan militer” di wilayah Kuwait.

        Untuk melaksanakan tugas tersebut AS menambah jumlah personil dari antara 1.500 dan 2.000 prajurit menjadi 5.000 prajurit.

        “Ini adalah tambahan personil untuk melakukan pelatihan militer serta mempersiapkan diri guna menghadapi pertempuran jika Saddam Hussein sekali lagi berfikir guna menyerbu Kuwait,”

        “Jadi di satu sisi, ini adalah penerapan persetujuan Kuwait-AS dan di sisi lain sebagai tindakan perimbangan. Saya percaya Kuwait, sebagai negara berdaulat, berhak melakukan tindakan itu.”

        Apakah Kuwait sekali lagi terancam oleh pemerintah Baghdad? “Saya beritahu anda sesuatu; tahun 1990 Irak menyerbu Kuwait. Tahun 1994 Saddam Hussein mengancam dengan menempatkan pasukannya di dekat perbatasan Kuwait,” jawab Jasem.

        Belum lama ini, tambahnya, Deputi Perdana Menteri Irak Tareq Aziz mengatakan jika Kuwait menerima pesawat-pesawat Amerika di wilayahnya, itu berarti “tindakan perang”.

        “Kami tidak bermaksud melancarkan perang melawan Irak. Kami bukan agresor. Irak lah sang agresor, dan Kuwait adalah korbannya. Karena itu kami menganggap ucapan Tareq Aziz sebagai ancaman nyata terhadap Kuwait,” katanya.

        Jika AS setulusnya ingin melindungi Kuwait dari ancaman Irak, mengapa Washington menarik salah satu kapal induknya dari Teluk?

        “Saya bukan militer,” kata Jasem. “Ini harus diserahkan kepada militer, karena militer akan lebih mampu menjawab pertanyaan tersebut.”

        “Kami yakin Amerika Serikat melaksanakan kewajibannya atas Kuwait sehubungan dengan persetujuan pertahanan bersama. Amerika melakukan tugasnya dengan sejujurnya,” katanya.

        Namun apakah satu atau dua kapal induk berada di Teluk bukan masalah, karena satu kapal induk memang sudah ada di wilayah yang mudah bergolak itu, kata Jasem.

        “Karena keadaan tegang, pemerintah AS memutuskan untuk mengirim kapal induk lain dari Adriatik. Militer lah yang memutuskan apakah satu kapal induk cukup atau tidak untuk menghadapi pasukan Saddam Hussein.”

        Ketika dihadapkan dengan pernyataan Clinton bahwa ia ingin melindungi Kuwait, kemudian ia mengerahkan kapal induk dan delapan pesawat pembom Stealth F-117A dan beberapa pesawat tempur F-16 ke Teluk, Jasem mengatakan, “Ini harus diserahkan kepada Presiden Clinton.”

        Namun sejauh menyangkut Kuwait, tambahnya, “kami kira selama Saddam Hussein berkuasa, Kuwait akan selalu terancam”.

        “Ini lah filsafat kami; selama Saddam Husein menguasai Irak, takkan ada perdamaian dan takkan ada keamanan,” katanya.

        Lindungi siapa?

        Akan tetapi Duta Besar Irak untuk Indonesia Dr. Sa’doun Azzubaidy bertanya-tanya sebenarnya AS ingin melindungi siapa dan dari ancaman siapa?

        Dalam wawancara dengan ANTARA, ia mengatakan Washington sebenarnya telah sering menyampaikan keinginannya untuk melindungi kepentingannya sendiri di Teluk.

        “AS tidak malu mengucapkan minyak sebagai kepentingan utamanya. (Bekas presiden George) Bush mengatakannya tahun 1991, beberapa saat sebelum menyerang Irak. (Bekas presiden Richard) Nixon biasa mengatakannya. (Bekas presiden Ronald) Reagan selalu mengatakan itu,” katanya.

        “Mereka (pemerintah AS) sejak dulu selalu menggunakan argumentasi berbeda untuk mempertahankan kehadiran militer di Teluk,” katanya.

        Mulanya AS menyatakan militernya diperlukan untuk menghadapi bekas Uni Sovyet, lalu Washington menyatakan, “Tidak! kami ingin menjamin arus minyak mengalir terus karena terancam gangguan akibat perang Irak-Iran (1980-88),” tambahnya.

        Namun Uni Sovyet ambruk dan “Perang Dingin” berakhir, dan perang Irak-Iran juga berhenti.

        “Saddam Hussein, sewaktu menjadi ketua Dewan Kerjasama Arab, berpidato di Amman Februari 1990. Ia mengatakan sesuatu yang sangat sederhana. Negara Adidaya ini (AS) harus mengakhiri kehadiran kapal-kapal perangnya di perairan kita,” kata Sa’doun.

        Alasannya ialah dengan berakhirnya masalah-masalah tersebut, AS tak perlu lagi mempertahankan kehadiran militernya di Teluk.

        Ketika masalah itu dibahas dalam pertemuan puncak di Irak pada tahun yang sama, Amerika Serikat marah besar, katanya, semata-mata karena Baghdad menyerukan pembersihan wilayah Teluk dari militer asing.

        Namun tujuan utama Amerika ialah untuk menguasai wilayah Teluk.

        “Jadi, saat mereka (pemerintah AS) mengerahkan kekuatan militernya ke Teluk saat ini, itu hanyalah untuk melanjutkan tujuan strategis tersebut,” tambahnya.

        “Sepanjang pengalaman kami, kami tak pernah menyaksikan Amerika mengerahkan militer ke Teluk tanpa menyerang Irak,” katanya.

        Itu sebabnya Irak merasa prihatin dengan pengerahan militer AS di Kuwait saat ini.

        Sebenarnya, menurut Sa’doun, Amerika mengerahkan militer di luar kemauan negara-negara Teluk. “Sebabnya ialah negara-negara di Teluk membayar buat pasukan ini,” katanya.

        Jika pengerahan pasukan itu untuk menghadapi ancaman, “ancaman dari siapa?”, kata Sa’doun mempertanyakan.

        “Apakah ancaman dari Irak? Irak tidak mengancam siapa- siapan. Irak malah sibuk menyelamatkan diri dari serangan Amerika,” katanya.

        Sa’doun menilai AS sebenarnya lebih suka melancarkan serangan daripada menyelesaikan persoalan. (29/09/96 10:09)

Tag:

1 Response to "AS MENGGELAR PASUKAN UNTUK MELINDUNGI ATAU MENYERANG?"

ya begitulah amerika

Tinggalkan komentar


  • Tidak ada

Kategori